PEKANBARU - Sekitar 120 orang mahasiswa, karyawan, dan sekuriti dari Universitas Lancang Kuning (Unilak) mendaftarkan diri menjadi relawan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Rabu (26/2/2020) di Posko Relawan, Purna MTQ Pekanbaru. Para relawan ini sebelumnya telah mengikuti pelatihan penanggulangan karhutla dan kebakaran gedung bersama tim Fire Fighter PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), selama dua hari, sejak Selasa (25/2/2020) di Kampus Unilak, Rumbai, Pekanbaru.
Rombongan yang dipimpin oleh Wakil Rektor III Dr Bagio Kadaryanto itu juga melihat cara kerja aplikasi Lancang Kuning. Sebuah aplikasi yang dapat memberikan informasi secara akurat dalam mendeteksi titik api, lengkap dengan lokasi koordinat, sehingga memudahkan verifikasi petugas di lapangan.
Usai mendapat penjelasan lengkap mengenai dashboard Lancang Kuning, sebanyak 44 relawan langsung mendaftar di aplikasi tersebut melalui smartphone, sisanya dengan formulir.
Wiliam Anderyani, salah satu mahasiswi peserta pelatihan mengatakan pelatihan ini sangat berguna dalam menghadapi karhutla dan kebakaran di gedung. Ia terlihat serius mendengarkan pemaparan dashboard Lancang Kuning dari Polda Riau.
"Tadi kita diajarkan teknik menggunakan alat pemadam, cara menggulung selang, melihat arah angin, mencari kepala api, dan kesigapan membawa mesin air serta melihat Dashboard Lancang Kuning," ujar mahasiswi Fakultas Pertanian Unilak ini.
Peserta lainnya, Algu mengatakan pelatihan ini sangat penting bagi relawan sebelum turun ke lapangan.
"Kesigapan, kecekatan, ketahanan fisik dan mental memang dibutuhkan dalam pelatihan ini, di sini saya merasakan tingkat kesulitannya, apalagi jika benar-benar terjadi di lapangan," ungkap Algu seorang karyawan Unilak.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengapresiasi kegiatan pelatihan dan sinergi oleh Unilak bersama Polda Riau dan PT RAPP. Menurutnya, upaya penyelesaian karhutla harus dilakukan bersama-sama, tidak bisa secara parsial.
"Apa yang kita lakukan hari ini juga bagian dari efektifitas penanggulangan karhutla, artinya kita sudah berupaya melakukan yang terbaik," kata Wagubri.
Wagubri menambahkan sebanyak 57 persen wilayah Riau atau sekitar 5 juta hektar terdiri dari lahan gambut. Hal ini membuat potensi karhutla menjadi tinggi.
Pelatihan ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman antara Unilak dengan Polda Riau dalam penanggulangan karhutla. Sebanyak 200 mahasiswa ditambah karyawan dan personil sekuriti telah mengikuti pelatihan dan mendaftarkan diri menjadi relawan.
"Masyarakat Riau tentunya sudah tidak mengharapkan lagi bencana karhutla ini terjadi. Rekan-rekanlah relawannya, selamat bertugas dan berlatih, kita bertemu di lapangan," ujar Kapolda Riau, Irjen Pol. Agung Setya Imam Effendi sekaligus memotivasi para peserta pelatihan tersebut.
Rektor Unilak, Dr Junaidi mengatakan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, pihaknya akan turun langsung ke desa-desa guna memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga hutan dan lahan dari kebakaran, termasuk dosen-dosen akan melakukan riset terkait penyebab karhutla dan perubahan pola kebiasaan masyarakat.
Sebelumnya para peserta juga telah mendapatkan materi terkait penanggulangan dan pencegahan karhutla. Salah satunya mengenai program Desa Bebas Api atau Fire Free Village yang diinisiasi oleh PT RAPP.
Manajer Perlindungan dan Konservasi Hutan PT RAPP, Sailal Arimi mengatakan penanggulangan karhutla membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk peran mahasiswa selaku generasi muda penerus terutama pada saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa-desa.
"Di sinilah peran mahasiswa agar mensosialisasikan bahaya membuka lahan dengan cara membakar kepada masyarakat di desanya, jika perlu dijadikan target, selama KKN, desa-desanya harus terbebas dari kebakaran," jelasnya.
"Tadi kita diajarkan teknik menggunakan alat pemadam, cara menggulung selang, melihat arah angin, mencari kepala api, dan kesigapan membawa mesin air serta melihat Dashboard Lancang Kuning," ujar mahasiswi Fakultas Pertanian Unilak ini.
Peserta lainnya, Algu mengatakan pelatihan ini sangat penting bagi relawan sebelum turun ke lapangan.
"Kesigapan, kecekatan, ketahanan fisik dan mental memang dibutuhkan dalam pelatihan ini, di sini saya merasakan tingkat kesulitannya, apalagi jika benar-benar terjadi di lapangan," ungkap Algu seorang karyawan Unilak.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengapresiasi kegiatan pelatihan dan sinergi oleh Unilak bersama Polda Riau dan PT RAPP. Menurutnya, upaya penyelesaian karhutla harus dilakukan bersama-sama, tidak bisa secara parsial.
"Apa yang kita lakukan hari ini juga bagian dari efektifitas penanggulangan karhutla, artinya kita sudah berupaya melakukan yang terbaik," kata Wagubri.
Wagubri menambahkan sebanyak 57 persen wilayah Riau atau sekitar 5 juta hektar terdiri dari lahan gambut. Hal ini membuat potensi karhutla menjadi tinggi.
Pelatihan ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman antara Unilak dengan Polda Riau dalam penanggulangan karhutla. Sebanyak 200 mahasiswa ditambah karyawan dan personil sekuriti telah mengikuti pelatihan dan mendaftarkan diri menjadi relawan.
"Masyarakat Riau tentunya sudah tidak mengharapkan lagi bencana karhutla ini terjadi. Rekan-rekanlah relawannya, selamat bertugas dan berlatih, kita bertemu di lapangan," ujar Kapolda Riau, Irjen Pol. Agung Setya Imam Effendi sekaligus memotivasi para peserta pelatihan tersebut.
Rektor Unilak, Dr Junaidi mengatakan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, pihaknya akan turun langsung ke desa-desa guna memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga hutan dan lahan dari kebakaran, termasuk dosen-dosen akan melakukan riset terkait penyebab karhutla dan perubahan pola kebiasaan masyarakat.
Sebelumnya para peserta juga telah mendapatkan materi terkait penanggulangan dan pencegahan karhutla. Salah satunya mengenai program Desa Bebas Api atau Fire Free Village yang diinisiasi oleh PT RAPP.
Manajer Perlindungan dan Konservasi Hutan PT RAPP, Sailal Arimi mengatakan penanggulangan karhutla membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk peran mahasiswa selaku generasi muda penerus terutama pada saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa-desa.
"Di sinilah peran mahasiswa agar mensosialisasikan bahaya membuka lahan dengan cara membakar kepada masyarakat di desanya, jika perlu dijadikan target, selama KKN, desa-desanya harus terbebas dari kebakaran," jelasnya.
Editor : HomeRiau