KAMPAR - Setiap pagi buta, ketika kebanyakan anak muda seusianya masih terlelap, Yogi sudah bersiap membantu ibunya, Ibu Mintuo, berjualan sarapan pagi di Jl. DI Penjaitan Bangkinang dengan merek dagang "Sarapan Pagi Pondok Uni Eti. Sebagai anak lajang, Yogi memilih menghabiskan waktu subuhnya di dapur dan lapak sederhana, demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Yogi tak sekadar membantu. Ia terlibat penuh sejak awal persiapan. Mengangkat beras, menyiapkan meja dagangan, hingga melayani pembeli menjadi rutinitas yang dijalani dengan sabar. Tangannya cekatan, wajahnya ramah, meski rasa lelah kerap datang karena harus bangun sebelum matahari terbit.
“Saya cuma ingin ibu tidak bekerja sendirian,” ujar Yogi lirih, sambil tetap melayani pembeli.
Bagi Yogi, membantu ibunya bukan sekadar kewajiban, tetapi bentuk bakti. Ia memahami betul perjuangan Ibu Mintuo yang selama ini mengandalkan berjualan sarapan pagi sebagai sumber penghidupan keluarga. Meski penghasilan tidak menentu, Yogi tetap setia mendampingi, tanpa mengeluh.
Ibu Mintuo mengaku sangat terbantu dengan kehadiran putranya. Di usia yang tak lagi muda, dukungan Yogi menjadi kekuatan tersendiri. “Kalau ada Yogi, capek terasa ringan,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Warga sekitar pun mengenal Yogi sebagai sosok pemuda yang rendah hati dan bertanggung jawab. Banyak pembeli yang datang bukan hanya untuk menikmati sarapan, tetapi juga karena terharu melihat kebersamaan ibu dan anak itu. Kehadiran Yogi membuat lapak kecil tersebut terasa hangat dan penuh makna.
Di tengah arus kehidupan yang kian sulit, kisah Yogi menjadi gambaran nyata tentang arti tanggung jawab dan kasih sayang seorang anak kepada ibunya.
Tanpa sorotan dan pujian, Yogi menjalani perannya dengan tulus, membuktikan bahwa perjuangan seorang ibu akan selalu menemukan kekuatan pada anak yang berbakti.
Editor : Ank


