Lulus APDN, Syamsuar Minta Abah Berhenti Jadi Penghulu (bagian-6) Ket Foto : Syamsuar dan istri, Misnarni.

Lulus APDN, Syamsuar Minta Abah Berhenti Jadi Penghulu (bagian-6)

Homeriau.com - Masa depan Syamsuar mulai nampak cerah. Dia yang tak pernah menyerah dan selalu berlajar dari kegagalan terus berusaha untuk menggapai sebuah harapan. Selain itu, berdoa kepada Allah serta menerima apa yang diberikan seperti diajarkan kedua orang tua, menjadi benteng yang kokoh bagi Syamsuar untuk berbuat dan mencoba lagi.

Pada tahun 1983, Syamsuar kembali ikut tes APDN. Hasilnnya, anak Jumrah ini diterima di APDN dan setelah empat tahun menuntut ilmu, tahun 1987, dia pun kembali mengabdi di Riau. Penugasan pertama selama enan bulan di kantor Gubernur Riau, selanjutnya balik ke Bengkalis sebagai pegawai biasa di bagian umum. Karena hidup sudah mapan, Misnarni yang dulunya masih kecil kini sudah tumbuh besar. Syamsuar pun berhasil menambat hati wanita yang pendiam dan pemalu ini namun segudang prestasi olahraga.

Kata sepakat kedua orang tua pun diminta, cukup bulan dan setelah disusun harinya, merekapun menikah. Kini hidup Syamsuar tidak sendiri lagi, Misnarni selalu menemaninya, bahkan ketika Syamsuar mendalami ilmu untuk mengambil S-1 di Fisipol Universitas Sumatra Utara (USU) selama dua tahun, Misnarni setia menanti. Dan setamat S-1, Syamsuar kembali lagi bertugas di Bengkalis.

Tak lama kemudian, suami Misnarni ini ditugaskan sebagai Sekretaris Kecamatan Siak. Sebelumnya menjadi Sekcam, Syamsuar sudah meminta agar bapaknya yang menjabat sebagai Penghulu dua priode di Jumrah– ketika itu masih dalam adaministrasi Bengkalis–untuk mundur dari jabatan. Bahkan, permintaan Syamsuar ini sudah diutarakannya ketika dia baru saja selesai mengikuti pendidikan di APDN. Namun, begitu menjadi Sekcam Siak, barulah bapaknya mundur dengan sendirinya.

Alasan Syamsuar ketika itu meminta Abahnya mundur jadi Penghulu, cerita Syamsuar, dia sudah berpikir bisa saja suatu saat nanti dia menjadi camat dan rasanya tak mungkin memerintah Abahnya lantaran jabatan.

”Abah berhenti sajo jadi Penghulu, beliau sado jugo payah nanti kalau anaknyo jadi camat sementaro dio Penghulu. Sayo pun tak mungkin rasonya memerintah Penghulu, sementaro dio Abah sayo. Abah sayopun tak sedap hati,” kata Syamsuar.

Setelah kurang tiga tahun menjadi Sekcam di Siak, Syamsuar kembali ditarik ke Bengkalis menjadi Kepala Bagian Pelengkapan. Seperti setrika, Syamsuar bolak-balik ditugaskan ke Siak dan Bengkalis. Namun kali ini dia dipercaya menjabat sebagai Camat Siak, dan tiga tahun kemudian dipercaya sebagai Camat Tanjungpinang Barat, ketika itu masih bergabung dengan Provinsi Riau. Tapi, baru setahun jadi Camat Tanjungpinang Barat, akhirnya seiring semangat otonomi daerah Provinsi Kepri pisah dengan Riau dan Syamsuar kembali bertugas di Siak sebagai Asisten I Sekda Siak pada tahun 1999. Setelah menjadi Asisten I, tak lama kemudian Syamsuar dipercaya menjadi Kadispenda Siak dan pada tahun 2001 dia mendampingi Arwin AS dalam Pilkada Siak dan sukses menjadi wakil bupati.

Lima tahun kemudian, tahun 2006 Syamsuar mencalonkan diri sebagai Bupati Siak berhadapan dengan Arwin namun gagal. Karena saat itu peraturan membolehkan PNS maju dalam Pilkada sehingga tak lepas status Syamsuar sebagai PNS dan dia bertugas di Kantor Gubernur Riau. (bersambung)

 

Editor :